R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menilai gejolak yang mencuat di Indonesia dan bahkan disorot oleh media Rusia Sputnik bukanlah sekadar protes biasa. Laporan Sputnik yang menyebut adanya pola color revolution ala Barat harus dibaca dengan hati-hati, sebab pola itu identik dengan upaya meruntuhkan pemerintahan sah melalui mobilisasi massa yang terstruktur. R. Haidar Alwi menegaskan bahwa arah politik Prabowo Subianto yang membawa Indonesia masuk BRICS, memperkuat kerja sama dengan Cina dan Rusia, adalah bukti keteguhan bangsa ini untuk tidak menjadi pion dalam permainan asing.
*Peta Kepentingan dan Arah Politik Nasional.*
Menurut Haidar Alwi, Indonesia kini berada di persimpangan yang menentukan. Keresahan ekonomi tumbuh di tengah masyarakat, harga kebutuhan pokok yang naik, lapangan kerja yang terbatas, daya beli yang menurun. Semua itu wajar menjadi pemicu protes. Namun Sputnik menegaskan bahwa kekacauan ini bukan tanpa pola. Color revolution pernah dipakai di Serbia, dan kini indikatornya tampak di Indonesia: mobilisasi massa yang rapi, narasi seragam di media sosial, serta framing di ruang publik yang lebih cepat menyalahkan aparat daripada menunggu fakta hukum.
*“Indonesia adalah negara besar dengan arah politik luar negeri yang tegas. Presiden Prabowo tidak berjalan di jalur yang disukai Barat, melainkan memperkuat kerja sama dengan Cina, Rusia, dan membawa kita bergabung dengan BRICS. Langkah ini adalah penegasan bahwa kita memilih jalan sendiri,”* kata Haidar Alwi.
Dengan jumlah penduduk hampir 300 juta orang dan ekonomi terbesar ke-8 dunia (PPP), Indonesia jelas bukan sekadar pasar. Indonesia adalah pemain besar yang sedang berusaha menegakkan kedaulatannya di tengah tarikan global.
*Tanda-Tanda Pola Terstruktur.*
Haidar Alwi mengingatkan agar masyarakat jangan terkecoh oleh narasi bahwa semua demonstrasi murni suara rakyat. Hak rakyat untuk menyampaikan pendapat memang dijamin konstitusi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya pola terencana. Dari simbol-simbol populer yang sengaja dipakai, jaringan logistik massa, hingga sinkronisasi pesan digital, semua itu perlu dibaca dengan jeli. Sputnik bahkan menyebut dua nama besar: National Endowment for Democracy (NED) dan George Soros, aktor global yang sering dikaitkan dengan pembiayaan gerakan serupa di berbagai negara.
*“Kita tidak boleh asal menuduh, tetapi kita juga tidak boleh menutup mata. Rakyat memang punya keresahan nyata, tapi jika ada pihak asing yang menunggangi, keresahan itu bisa berubah menjadi skenario pergantian rezim,”* tegas Haidar Alwi.
Dari sisi ekonomi, situasi ini pun tidak lepas dari perhatian. Saat IHSG anjlok di tengah gelombang protes, keresahan publik makin diperburuk. Namun anehnya, ada satu emiten yang justru naik. *“Ada pihak yang bisa saja bermain, memanfaatkan instabilitas politik untuk keuntungan finansial. Hal seperti ini harus diperiksa secara serius, agar pasar tidak dijadikan alat oleh kepentingan tersembunyi,”* jelas Haidar Alwi.
*Rusia dan Perang Narasi Global.*
Keterlibatan media Rusia dalam pemberitaan ini bukan hal biasa. Sputnik adalah corong resmi pemerintah Rusia, dan dengan mengangkat isu color revolution di Indonesia, Rusia jelas sedang mengirim pesan bahwa bangsa ini sudah masuk dalam pusaran tarik-menarik global. Rusia punya pengalaman panjang menghadapi pola serupa di Georgia, Ukraina, hingga kawasan bekas Uni Soviet. Menyebut Indonesia dalam konteks ini adalah isyarat bahwa Asia Tenggara kini bukan sekadar wilayah penonton, melainkan panggung pertarungan kepentingan dunia.
*“Pesan dari Rusia ini bisa dibaca sebagai peringatan sekaligus solidaritas. Mereka seolah mengatakan: hati-hati, apa yang kalian hadapi sekarang adalah apa yang kami hadapi di masa lalu. Tetapi tentu ada kepentingan Rusia sendiri, terutama karena Indonesia sudah masuk BRICS. Kita harus membaca pesan itu dengan jernih: memahami substansinya, tetapi tidak larut dalam agenda pihak mana pun,”* kata Haidar Alwi.
Fakta bahwa Indonesia disorot dalam perang narasi global menunjukkan betapa pentingnya peran Presiden Prabowo menjaga agar bangsa ini tidak ditarik menjadi pion, melainkan berdiri di jalannya sendiri.
*Hukum, Kedaulatan, dan Keadilan.*
Haidar Alwi menegaskan bahwa menghadapi situasi ini, hukum harus ditegakkan tegas tetapi tetap adil. Hak rakyat untuk bersuara tetap dijamin, tetapi jika ada bukti pendanaan asing atau intervensi politik, negara wajib menindak. Penindakan itu harus dilakukan secara transparan agar tidak menguatkan tuduhan bahwa pemerintah otoriter.
*“Kedaulatan hukum adalah kunci. Jika negara gagal memisahkan mana aspirasi rakyat murni dan mana yang ditunggangi asing, persatuan bisa hancur. Tetapi jika negara berhasil menegakkan hukum dengan adil dan terbuka, bangsa ini justru akan keluar lebih kuat,”* tegas Haidar Alwi.
Transparansi investigasi, audit dana, dan kejelasan proses hukum adalah cara terbaik untuk menutup ruang fitnah, sekaligus meneguhkan kepercayaan rakyat kepada negara.
*Rakyat, Persatuan, dan Jalan ke Depan.*
Di tengah situasi penuh provokasi, Haidar Alwi menyerukan agar rakyat tidak mudah terbelah. *“Keresahan ekonomi memang nyata, tetapi jangan sampai keresahan itu menjadi pintu masuk agenda asing. Dari RT dan RW hingga skala nasional, kita harus menjaga persatuan. Media sosial harus dipakai dengan bijak: verifikasi sebelum berbagi, jangan cepat menelan rumor yang sengaja dihembuskan,”* kata Haidar Alwi.
Haidar Alwi menambahkan, Indonesia punya modal besar untuk melewati tekanan ini. Ekonomi terbesar di ASEAN, jumlah penduduk raksasa, dan posisi strategis di jalur perdagangan dunia adalah kekuatan nyata. Dengan kepemimpinan Prabowo Subianto, modal itu bisa diarahkan untuk memperkuat kedaulatan, bukan melemahkannya. Dunia kini menatap Indonesia, dan bangsa ini harus menunjukkan bahwa ia mampu berdiri tegak dengan jalannya sendiri.
Haidar Alwi menegaskan bahwa semua tanda ini harus membuat bangsa lebih waspada, tetapi juga lebih percaya diri. *“Indonesia terlalu besar untuk dijadikan pion permainan asing, terlalu mulia untuk tunduk pada provokasi. Dengan keteguhan Prabowo Subianto memimpin, serta rakyat yang bersatu, bangsa ini akan keluar dari pusaran dengan kepala tegak,”* pungkas Haidar Alwi.