Jakarta, 3 September 2025
Oleh: *Bimo Putranto*
_(Pendiri Rumah Keluarga Bersama/RKB)_
Soliditas TNI dan Polri menjadi pemandangan yang menenangkan di tengah kegelisahan rakyat akibat kerusuhan beberapa waktu terakhir.
Minggu, 31 Agustus 2025, di Kantor Presiden, Jakarta, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin tampil dalam konferensi pers usai rapat terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto, didampingi jajaran lengkap TNI dari matra darat, laut, udara, serta Polri. Kehadiran ini penegasan nyata: negara hadir untuk menjaga rakyatnya.
Menhan Sjafrie menyampaikan pedoman bersama: *“Kerja bersama-sama dan bekerja bersama-sama.”*
Pesan ini segera diwujudkan dalam tindakan konkret: TNI dan Polri bahu membahu mengamankan ibu kota hingga ke seluruh daerah di Indonesia. Inilah wujud nyata kebersamaan yang melampaui ego sektoral, menjawab kebutuhan bangsa di saat genting.
Kerusuhan yang terjadi sebelumnya tidak hanya melukai rasa aman, tetapi juga menimbulkan kerugian yang nyata. Menurut catatan aparat keamanan, puluhan orang mengalami luka-luka, sejumlah korban jiwa tercatat, serta fasilitas umum bernilai ratusan miliar rupiah rusak. Aktivitas perdagangan di pusat kota sempat lumpuh, transportasi publik terganggu, dan distribusi barang melambat. Fakta ini menunjukkan bahwa tanpa stabilitas keamanan, pembangunan ekonomi dan agenda kesejahteraan rakyat akan selalu terhambat.
*Sebagai pendiri Rumah Keluarga Bersama (RKB), saya menyampaikan apresiasi kepada Menhan Sjafrie Sjamsoeddin*. Beliau berhasil membangun soliditas yang efektif, menyalakan kembali kepercayaan publik, dan sekaligus menjawab keinginan Presiden Prabowo Subianto sebagai kepala negara untuk mengembalikan stabilitas nasional. Soliditas ini terasa nyata: rakyat kembali melihat aparat berdiri tegak bersama, mengembalikan rasa aman yang sempat terkoyak.
Secara teoretis, negara yang kuat bukan hanya ditentukan oleh kekuasaan formal, melainkan oleh kemampuannya melindungi rakyat. Konsep human security menegaskan bahwa keamanan adalah fondasi kesejahteraan: tanpa rasa aman, rakyat tidak bisa bekerja, berdagang, atau menata hidup.
Dalam kerangka itu, soliditas TNI–Polri di bawah koordinasi Menhan Sjafrie adalah contoh sinergi sipil–militer yang sehat di era demokrasi: aparat tegak, tapi tetap dalam garis komando kepemimpinan sipil.
Lebih dari itu, *momen ini juga melengkapi konsolidasi politik yang berlangsung di Istana setalahnPara ketua partai politik dan tokoh penting hadir, termasuk sosok negarawan Megawati Soekarnoputri.* Kehadirannya memberi legitimasi politik dan moral, mengingatkan semua pihak bahwa negara harus berdiri di atas kepentingan rakyat, bukan kepentingan sesaat.
Dengan demikian, politik dan pertahanan berjalan beriringan: kepemimpinan sipil dan kekuatan militer sama-sama meneguhkan stabilitas nasional.
Kini, setelah situasi terkendali dan stabilitas keamanan tercapai, pemerintah memiliki ruang lebih luas untuk kembali bekerja menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Survei beberapa lembaga belakangan ini menunjukkan bahwa rakyat menaruh harapan pada tiga hal utama: stabilitas harga pangan, lapangan kerja, dan penegakan hukum yang adil. Dengan keamanan yang terjaga, pemerintah dapat kembali fokus pada pemulihan ekonomi rakyat kecil, memastikan keadilan sosial, serta mendorong reformasi institusi agar lebih transparan dan berpihak pada publik.
Namun, penting diingat: stabilitas bukanlah tujuan akhir. Stabilitas hanyalah jalan yang membuka ruang bagi terwujudnya cita-cita lebih luhur: keadilan, kesejahteraan, dan persatuan. Inilah makna terdalam dari pesan Menhan Sjafrie Sjamsoeddin: “Kerja bersama-sama dan bekerja bersama-sama.” Sebuah panggilan untuk terus melangkah, agar bangsa ini tak hanya tegak menghadapi badai, tetapi juga tumbuh subur di bawah cahaya harapan.