Polri  

Pagi Hangat di Tuban: POLANTAS MENYAPA Rangkul Warga Dengan Ketulusan

Pagi Hangat di Tuban: POLANTAS MENYAPA Rangkul Warga Dengan Ketulusan

Tuban — Di sebuah pagi yang masih dibasahi sisa-sisa embun, beberapa anggota Satlantas Polres Tuban tampak berjalan perlahan menyusuri gang-gang kecil desa. Mereka datang bukan untuk razia, bukan untuk menegur, tetapi untuk menyapa.

Bagi warga, pemandangan ini terasa berbeda — polisi hadir tanpa batas, tanpa jarak, tanpa tekanan.

Assalamu’alaikum, Bu… kulo nuwun nggih?

Sapaan itu menjadi kunci pembuka hubungan hangat antara polisi dan masyarakat dalam program POLANTAS MENYAPA, sebuah pendekatan humanis yang dikembangkan oleh Kasat Lantas Polres Tuban, AKP Muhammad Hariyazie Syakhranie, S.Tr.K., S.I.K.


Mengganti Kesan Seram dengan Senyum Kedekatan

Di banyak tempat, polisi lalu lintas sering dianggap menakutkan. Namun POLANTAS MENYAPA hadir untuk mematahkan stigma itu.

Di warung kopi, petugas duduk berbaur dengan para petani yang baru menyelesaikan aktivitas pagi.
Di halaman rumah, mereka berbincang santai dengan ibu-ibu sambil membantu memahami prosedur SIM dan pajak kendaraan.
Di pos ronda, polisi mengajak pemuda desa berbicara tentang keselamatan berkendara dengan bahasa yang akrab dan membumi.

Kami ingin kehadiran polisi terasa ringan, seperti teman yang datang membawa kabar baik, bukan teguran,” ujar AKP Hariyazie.


Percakapan Kecil yang Menghapus Ketakutan

Suasana haru muncul ketika seorang nenek memanggil salah satu petugas.

Nak… kalau saya mau bayar pajak motor tapi nggak ngerti carane, boleh tanya di sini? Saya takut salah kalau ke kantor.

Petugas lalu mendekat, duduk di samping sang nenek, dan menjelaskan dengan perlahan.
Tidak ada nada memerintah. Tidak ada bahasa rumit. Hanya ketulusan.

Sang nenek mengangguk-angguk, lalu tersenyum.

Oh… ternyata gampang, yo, Nak. Kulo ra wedi maneh.

Dari percakapan sederhana itu, kepercayaan tumbuh — bukan karena aturan, tapi karena keramahan.


Pelajaran Keselamatan yang Menyentuh Emosi

Dalam setiap kunjungan, petugas menyampaikan pesan keselamatan berkendara dengan cara yang lebih manusiawi dibandingkan sekadar memberi peringatan.

Helm itu bukan pelindung dari polisi, Pak… tapi pelindung bagi keluarga yang menunggu di rumah.

Warga terdiam, lalu mengangguk pelan.
Pesan itu masuk ke hati — sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh sirine ataupun tilang.


Pajak Kendaraan Dijelaskan Tanpa Menyulitkan

Petugas juga menjelaskan manfaat pajak kendaraan dengan bahasa kehidupan sehari-hari.

Jalan desa panjenengan mulus karena pajak. Lampu-lampu jalan nyala karena iuran yang njenengan setor. Ini cara kita gotong royong zaman sekarang.

Warga merasa dihargai — bukan hanya diminta untuk membayar, tetapi dipahami perannya dalam pembangunan.


Ketika Polisi Menjadi Bagian dari Kehidupan Desa

Yang paling terasa dari kegiatan ini adalah perubahan sikap warga.

Anak-anak kini berlari sambil memanggil, “Pak Polisi datang!”
Ibu-ibu menyuguhkan minuman hangat.
Para bapak mengajak duduk dan menceritakan kegiatan mereka.

Kalau seperti ini, polisi tidak terasa menakutkan. Mereka datang sebagai saudara, bukan sebagai aparat,” ungkap salah satu warga.


Bukan Sekadar Kegiatan — Ini Perubahan Budaya

Menurut AKP Hariyazie, POLANTAS MENYAPA bukanlah seremonial.
Ini adalah gerakan budaya untuk mengubah cara polisi dan masyarakat saling memandang.

Kami ingin lahirkan budaya baru: polisi hadir dengan hati, masyarakat menyambut dengan percaya. Dari sinilah keselamatan dan ketertiban tumbuh.

Dengan POLANTAS MENYAPA, Satlantas Polres Tuban membuktikan bahwa keamanan tidak hanya tercipta dari aturan yang ditegakkan, tetapi dari hubungan yang dijaga — melalui senyum, sapaan, dan kepedulian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *